Sabtu, 10 Januari 2009

Keunggulan vs Kelemahan Internet

Konektivitas dan jangkauan global.

Di dunia maya, jaringan yang terjalin adalah jaringan global. Dengan demikian akses data dan informasi melampaui batas-batas negara. Contohnya, kita di Indonesia bisa mengakses data CIA (Central Intelligence Agency) Amerika, ABS (Australian Bureau of Statistics), Euro2000, Universitas Harvard, dan jutaan sumber informasi lainnya. Pendek kata, Internet memungkinkan pencliti yang mempunyai fasilitas terbatas untuk mengakses informasi dari database dan perpustaka-an yang lengkap di seluruh dunia. Berbagai jurnal langka yang biasanya susah dijumpai di perpustakaan terlengkap di Indonesia sekatipun, tersedia di jaringan Internet. Selain itu, informasi yang tersedia juga berasal dari beraneka ragam sumber, seperti perusahaan, pesaingnya, universitas, technology providers, institusi keuangan, instansi pemerintah, dan sebagainya.

Akses 2.4 jam.

Akses informasi di Internet tidak dibatasi waktu, karena dengan lingkup global, dunia maya yang dihadirkan ‘tidak pernah tidur’. Misainya, saat sebagian besar orang di Yogyakarta terielap di tengah malam, masyarakat di New York justru sedang sibuk-sibuknya bekerja. Perbedaan zone waktu sudah tidak lagi menjadi kendala untuk menelusuri data di dunia maya. Responden penelitian yang dilakukan lewat Internet bisa memberikan respon atau jawaban sesuai dengan kondisi dan situasi yang dikehendaki masing-masing individu.

Kecepatan.

Bila dibandingkan dengan sumber data tradisional, riset melalui Internet jauh lebih cepat, karena bersifat real-time. Kita tinggal mengkilk berbagal icon, selanjutnya tinggal menunggu hasil (tentunya tergantung pada fasilitas modem dan ISP atau Internet Service Provicer yang dipergunakan). Pencarian informasi secara elektronik melalui mesin pencarl (search engines) sangat menghemat waktu, apalagi kalau dibandingkan dengan pencarian lewat katalog perpustakaan atau pencarian buku/majalah/jurnal dirak-rak perpustakaan. Dalam hal sampling, halaman web juga menjanjikan proses yang lebih cepat dan lebih murah.

Kenyamanan.

Peneliti lewat Internet tidak harus menghadapi berbagai persoalan birokratis, seperti ijin dari berbagai instansi untuk keperluan peilgumpulan data, ‘kerahasiaan’ informasi, dan keharusan untuk datang sendirl keinstansi bersangkutan. Selain itu, berbagai fitur (features) yang dirancang khusus dan user-ftiendly sangat memudahkan peneliti mengakses berbagal situs Internet.

Kemudahan akses.

Menjamurnya bisnis warnet (warung Internet) di Indonesia (khususnya di kota-kota besar) membuat akses terhadap Internet menjadi lebih mudah. Persaingan antarwarnet dalam hal harga, kecepatan akses, dan fasilitas pendukung lainnya membuat para pengguna Internet lebih nyaman dan mudah memanfaatkan Internet untuk keperluan riset maupun tujuan lainnya.

Biaya relatif.

Dibandingkan dengan membeli jurnal asli (misalnya McKinsey Quarterly), penelusuran informasi lewat Intemetjauh lebih murah. Apalagi banyak situs yang menyediakan jasa informasi secara cuma-cuma. Peneliti tinggal men-download atau mencetak file/naskah tertentu sesuai kebutuhannya.

Interaktivitas dan fleksibilitas.

Topik dan hasil riset bisa didiskusikan melalui sarana mailing list atau chatting tertentu. Selain itu, peneliti juga bisa mengikuti perkembangan terbaru atau meminta komentar dan penilaian dari berbagai pihak mengenai hasil penelitiannya.

Terlepas dari keunggulannya, penggunaan Internet untuk keperluan riset juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya (Tjiptono, 2000):

Selektivitas dan anonimitas.

Salah satu persoalan dalam riset lewat Internet adalah sulitnya mengidentifikasi identitas responden. Setiap orang, termasuk yang bukan target respon, bisa mengisi kuesioner secara on-line tanpa bisa dicegah atau dibatasi. Belum lagi -adanya kenyataan bahwa setiap orang bisa memiliki sejumlah alamat e-mail berbeda dan belum tentu menggunakan identitas asli. Semua ini membuat riset secara on-line harus benar-benar selektif dalam menentukan sampling dan cara responden memberikanjawaban.

Clutter dan “never-ending search”.

Informasi yang tersedia di Internet sangat besar jumlahnya, namun tidak semuanya dibutuhkan. Pencarian tanpa strategi khusus bisa diibaratkan mencari jarum’ * dalam jerami, sehingga sang peneliti ‘terjerumus’ ke dalam belantara informasi tanpa ujung. Ini
sering membuat peneliti pemula di Internet mengalami frustrasi, karena bukannya mendapatkan informasi, tet.api justr’u menghabiskan waktu dan uang untuk pencarian yang tak tentu arah. Selain itu, godaan di Internet relatif amat besar, terutama bagi mereka yang suka menelusuri situs-situs pornografi, yang ujung-ujungnya membuat pencarian informasi menjadi tidak efektif dan lepas kendali.

“Virus”.

Salah satu masalah yang juga tak katah peliknya adalah risiko terkena virus komputer yang mudah menyebar lewat jaringan Internet, baik lewat e-maii maupun file-file yang di-download. Contohnya, virus ‘I Love You’ yang disebarkan lewat e-mail pemah membuat heboh seluruh dunia.

Reliabilitas dan validitas sumber acuan hasil riset.

Setiap orang bebas membuka homepage sendiri dan menampilkan berbagai informasi di sana. Implikasinya, tidak semua data dan informasi yang didapatkan lewat Internet andal dan valid untuk dijadikan acuan dalam penelitian. Selain itu, sumber informasi di Internet mudah berubah, misainya homepage yang telah berubah atau bahkan sudah tidak ada lagi. Akibatnya, peneliti harus selalu mencermati perubahan tersebut bila mengutip sumber bersangkutan.

Karakteristik demografis pemakai Internet

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa Internet lebih efektif untuk menjangkau responden yang termasuk kelompok berdaya beli atau berpenghasilan dan berpendidikan relatif tinggi. Dengan demikian Internet kurang efektif bagi penelitian yang kelompok sampeinya adalah masyarakat golongan menengah ke bawah.

Ketergantungan pada jaringan telepon dan Internet Service Provider (ISP).

Fasilitas jaringan telepon dan ISP sangat berpengaruh terhadap biaya pemakaian Internet dan kemungkinan akses secara keseluruhan. Hingga saat ini, biaya penggunaan Internet di Indonesia masih relatif mahal, karena tarif telepon ditentukan berdasarkan pulsa yang digunakan, bukannya atas dasar jumlah panggilan (number of calls). Selain itu, saluran telepon di Indonesia masih relatif lambat, yang pada gilirannya menyebabkan waktu akses menjadi lebib lama dan biaya akses menjadi mahal. Sementara itu, terbatasnya bandwidth sistem transmisi yang disediakan ISP dan banyaknya pelanggan yang mengakses pada waktu bersamaan memperparah akses terhadap Internet. Oleh karena itu sering orang membuat plesetan tentang WWW menjadi ‘World Wait Web’ (Achjari, 2000).


Kebenaran Agama Islam

Pertama: Terpenuhinya kebutuhan pokok berikut sumber-sumbernya untuk menjamin kelangsungan hidup, dan kecukupan material yang dibutuhkan oleh perseorangan dan masyarakat.

Kedua: Mengetahui dasar-dasar pengetahuan tentang tata-cara hidup perseorangan dan masyarakat-masyarakat, agar terjamin berlakunya keadilan dan ketentraman dalam masyarakat dan kebudayaan.

slam juga berarti selamat dan sejahtera. Pengertian ini menunjukkan bahwa, manusia tidak akan dapat mencapai keselamatan dan kesejahteraan yang sebenarnya, kecuali dengan jalan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah s.w.t. Cara hidup seperti inilah, yang tetap di bawah naungan ketaatan kepada Allah s.w.t., hidup yang selalu diliputi ketenangan jiwa bagi perseorangan dan kesejahteraan/ketentraman bagi masyarakat.
"Al-Qur'an adalah suatu dokumen kemanusiaan yang luar biasa, menerangkan setiap phase hubungan Muhammad dengan segala kejadian yang dihadapinya selama hidupnya, sehingga kita mendapat bahan yang unik dan tahan uji keasliannya, sehingga kita dapat mengikuti perkembangan Islam sejak permulaannya sampai sekarang. Semua itu tidak ada bandingannya dalam agama-agama Buddha atau Kristen, maupun dalam agama-agama lainnya." (hal. 413).

Semua itu hanyalah sebahagian saja dari tanda-tanda yang dengan jelas dan kuat menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna bagi kemanusiaan, dahulu, sekarang dan di kemudian hari. Segi-segi itulah yang telah menarik beratus-ratus juta ummat manusia ke dalamnya. Mereka semua yakin bahwa Islam adalah agama yang hak dan benar, jalan hidup yang lurus yang seharusnya dilalui oleh manusia. Hal itu akan tetap menarik mereka di waktu-waktu yang akan datang. Manusia dengan jiwanya yang bersih dan ikhlas mencari kebenaran, akan selalu mengucapkan:

AKU BERSAKSI BAHWA TIDAK ADA YANG PATUT DISEMBAH KECUALI ALLAH YANG SATU DAN TIDAK ADA YANG MENYEKUTUINYA DAN AKU BERSAKSI BAHWA MUHAMMAD ADALAH HAMBANYA DAN UTUSAN-NYA

Palestina vs Israel

BERMULA dari serdadunya, Kopral Gilad Shalit, yang disekap dan tidak dibebaskan oleh ejuang-pejuang Palestina meskipun sudah diperingatkan, Israel lalu menggempur habis-habisan Gaza City sebagaimana ancamannya. Tercatat lebih dari 40 orang tewas dan lebih 50 orang luka sejak agresi brutal 5 Juli lalu dilakukan Israel. PM Palestina Ismail Haniyah menawarkan gencatan senjata dan Presiden Mahmood Abbas mengirim dua utusan menemui pemimpin politik Hamas Khalid Meshaal di Suriah untuk melakukan upaya peredaan dengan tukar tahanan. Tetapi PM Israel Ehud Olmert tidak menggubris, dan terus melakukan penggempuran sampai serdadunya diserahkan tanpa negosiasi.

Reaksi mengutuk datang dari seluruh dunia terutama dari masyarakat negara-negara mayoritas muslim, termasuk Indonesia sebagaimana disampaikan KH Makruf Amin (10/7) mewakili Majlis Ulama Indonesia (MUI). MUI meminta OKI, PBB, Gerakan Non-Blok, dan G-8 agar menghentikan agresi brutal itu. Lagi-lagi, Inggris dan AS terang-terangan membela Israel dengan menolak keras resolusi kutukan Dewan Keamanan PBB. Sebaliknya, Inggris dan AS justru menyalahkan pihak Palestina. Sementara negara-negara Arab dan OKI tidak berkutik.

Tanpa Perubahan

Hampir undebatable lagi bahwa keberadaan Israel di kawasan Arab itu sengaja dipaksakan oleh terutama Inggris dan AS untuk multi-kepentingannya (multi-interests) endiri dengan legitimasi historis “tanah yang dijanjikan Tuhan” yang bisa diperdebatkan. Multi kepentingan itu antara lain, dijadikan sebagai boneka nakal bagi kawasan Arab untuk bargain minyak. Terbukti, tidak jarang begitu tekanan minyak Arab kuat, lalu AS dan Inggris menawarkan peta damai Palestina-Israel. Begitu negara Arab sudah tertarik, peta damai itu dirunding panjang tetapi kemudian redup lagi. Selain itu, jika keturunan Yahudi tidak diberi negara tersendiri mengkhawatirkan merepotkan Eropa dan AS akibat penyebaran keturunan Yahudi yang menguasai media massa dan ekonomi di Eropa dan AS. Terbukti kelompok lobby Yahudi di AS sangat kuat yang mampu menekan Gedung Putih maupun senat dengan ekonomi dan media massanya.

Negara-negara Arab bukan tidak tahu segala motif itu, tetapi tidak mampu memberi terapi akibat sulitnya persatuan antar negara Arab karena ego masing-masing. Sejumlah pemimpin Arab sering menunjukkan watak oportunis terhadap hegemoni AS begitu menghadapi tekanan. Padahal menurut Letjen (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo dalam bukunya Ci Vis Pacem Para Bellum, sikap yang kuat tidak mau dijajah (obyek perang) menjadi kunci kemenangan dalam perang sebagaimana ditunjukkan Vietnam dalam perang melawan AS. Mental ini yang belum muncul merata di kalangan bangsa Arab. Kasus mengundang AS dan Inggris oleh Kwait ketika dianeksasi oleh Irak sementara rakyatnya banyak yang enjoy di bar-bar dan ninght club Eropa, dan kasus serbuan AS ke Irak menunjukkan sikap itu.

Selain masalah mental, kesulitan negara-negara Arab menghadapi tekanan misalnya dari Eropa dan AS dalam berbagai kasus karena modal dan teknologi dalam industri-industri unggulannya terutama minyak tidak dieksplorasi secara independen melainkan mengambil dari Eropa atau AS, kecuali Iran yang mengeksplorasi seluruh kekayaan tambangnya dengan modal dan teknologi sendiri. Akibatnya, posisi tawar minyak bagi rata-rata negara Arab tidak sekuat yang dibayangkan.

Rendahnya penguasaan teknologi tidak hanya pada bidang minyak, tetapi juga mulai dari teknologi kunstruksi, sipil, hingga persenjataan. Kekayaan melimpah dari minyak yang bersifat given itu tidak menjadi modal penguasaan teknologi dan penguatan masyarakat. Untuk mempunyai sesuatu apapun, bangsa Arab lebih suka membeli daripada menciptakan. Padahal, dalam hal perdagangan internasional pilihan itu akan meningkatkan import yang menyedot devisa. Demikian halnya dalam hal persenjataan,. Padahal, bagi negara-negara Arab tidak mudah membli senjata karena dipersulit oleh negara produsen karena harus berada di bawah kemampuan militer Israel. Kemampuan serang maupun defensif sama saja tidak boleh, apalagi mengungguli Israel. Karena itu, meskipun kaya tetapi tak satupun negara Arab yang masuk kategori negara maju, dan disegani di panggung politik internasional.

Selama kapasitas otonom baik mental ataupun non-mental di atas tidak berubah maju, maka selama itu pula tidak akan ada perubahan kebijakan AS dan Eropa yang menguntungkan Arab dalam konflik Palestina-Israel. Kapasitas otonom Arab rendah, maka selamanya akan direndahkan nilai tawarnya. Dengan kata lain, tanpa perubahan itu, konflik Palestina-Israel akan abadi. Dan, perubahan itu dimulai dari mereformasi mental Arab menjadi anti dijadikan obyek perang.

Pengakuan Israel

Sejak zaman Menlu RI Mukhtar Kusumaatmadja, berdasar pengalaman Indonesia, banyak diplomat Indonesia yang menyarankan agar Palestina dan negara-negara Arab lain mengakui keberadaan Israel saja. Kehadiran negara Yahudi di kawasan itu anggaplah sebagai fakta sejarah, karena didukung mutlak oleh kekuatan hegemon dunia. Tetapi saran ini sangatlah sulit dilakukan karena idealisme bangsa Arab. Tetapi, idealisme yang tidak didukung oleh kapasitas obyektif untuk merealisasikannya, hanya akan semakin memperlihatkan rendahnya kapasitas bangsa itu.

Barulah, tidak jauh dari masa-masa akhir Yasser Arafat, pengakuan itu bisa ditanda tangani dalam Perjanjian Oslo. Tetapi pengakuan atas Israel oleh kelompok Fatah itu ditentang keras kelompok Hamas yang tetap menghendaki penghapusan Israel dari peta Timur Tengah (Arab) sampai akhirnya Hamas memenangi pemilu dengan Ismail Haniyah sebagai Perdana Menteri, lalu ‘diboikot” Eropa dan AS.

Pemerintahan yang dikendalikan oleh kelompok anti-eksistensi Israel itu, menjadikan bara politik Timur Tengah naik tajam bersamaan dengan belum selesainya pendudukan AS atas Irak. Serangan Israel ke Gaza City yang di DK PBB didukung mutlak AS dan Inggris dan kasus pendudukan di Irak itu lagi-lagi menjadi bukti nyata bahwa Arab tidak mampu menghadapi dominasi AS (plus Inggris) sebagai kekuatan hegemon tunggal yang mengatur kawasan itu.

Karena itu itu perlu strategi yang lebih realistis. Pengakuan atas Israel perlu juga dilakukan oleh Pemerintahan Hamas sebagaimana Pemerintahan Fatah zaman Yasser Arafat. Meskipun harus diakui, pengakuan itu hanyalah merupakan strategi pragmatis. Tetapi itulah yang bisa dilakukan secara realistis menuju kemerdekaan Palestina. Tidak hanya itu, pengakuan itu juga akan menyisakan masalah perbatasan dan klaim wilayah oleh Israel. Sebab, sudah terlihat sejak awal, PM Ehud Olmert menunjukkan keinginan klaim yang lebih luas atas tanah Arab meskipun harus mundur dari pemukiman dekat Ramalah dan West Bank. Tetapi, untuk sementara no-problem sampai Palestina diakui secara internasional atas kemerdekaannya. Kemerdekaan adalah tonggak perjuangan. Sama halnya dengan Indonesia, begitu merdeka, barulah berunding soal Irian Barat (Papua Barat).

Tanpa melakukan terobosan tajam itu, dipastikan Palestina merdeka justru sekedar impian. Bahkan pengembalian dataran tinggi Golan pun selalu jadi illusi harian untuk kembali ke Mesir. Selebihnya, qaidah fiqhiyah yang populer di NU, bahwa jika tidak bisa mendapat semuanya, jangan tinggalkan sebagiannya (laa yudraku kulluh, laa yutraku julluh), tampaknya relevan untuk diterapkan dalam mengakhiri konflik Palestina-Israel.


Asrama merupakan salah satu penunjang untuk bersosialisasi dengan baik di masyarakat. Dengan demikian kita jangan mudah untuk berkeluh kesah untuk tinggal di asrama. Mengajarkan kita bagaimana menghargai pendapat orang lain, mengajarkan kita bagaimana seling menjaga perasaan orang lain. Asrama juga memudahkan kita untuk lebih mudah menghadapi masalah di kehidupan mendatang.


Asrama juga merupakan sumber inspirasi. Di sini kita berkumpul dari sekian macam budaya. Berkumpul dari beberapa pulau, kota, maupun desa.

Jumat, 09 Januari 2009

JARINGAN KOMPUTER

Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputer dan perangkat jaringan lainnya yang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Tujuan dari jaringan komputer adalah:

Agar dapat mencapai tujuan yang sama, setiap bagian dari jaringan komputer meminta dan memberikan layanan (service). Pihak yang meminta layanan disebut klien (client) dan yang memberikan layanan disebut pelayan (server). Arsitektur ini disebut dengan sistem client-server, dan digunakan pada hampir seluruh aplikasi jaringan komputer.

Klasifikasi Berdasarkan skala :

  • Personal Area Network (PAN)
  • Campus Area Network (CAN)
  • Local Area Network (LAN)
  • Metropolitant Area Network (MAN)
  • Wide Area Network (WAN)
  • Grobal Area Network (GAN)

Berdasarkan fungsi : Pada dasarnya setiap jaringan komputer ada yang berfungsi sebagai client dan juga server. Tetapi ada jaringan yang memiliki komputer yang khusus didedikasikan sebagai server sedangkan yang lain sebagai client. Ada juga yang tidak memiliki komputer yang khusus berfungsi sebagai server saja. Karena itu berdasarkan fungsinya maka ada dua jenis jaringan komputer:

  • Client-server

Yaitu jaringan komputer dengan komputer yang didedikasikan khusus sebagai server. Sebuah service/layanan bisa diberikan oleh sebuah komputer atau lebih. Contohnya adalah sebuah domain seperti www.detik.com yang dilayani oleh banyak komputer web server. Atau bisa juga banyak service/layanan yang diberikan oleh satu komputer. Contohnya adalah server jtk.polban.ac.id yang merupakan satu komputer dengan multi service yaitu mail server, web server, file server, database server dan lainnya.

  • Peer-to-peer

Yaitu jaringan komputer dimana setiap host dapat menjadi server dan juga menjadi client secara bersamaan. Contohnya dalam file sharing antar komputer di Jaringan Windows Network Neighbourhood ada 5 komputer (kita beri nama A,B,C,D dan E) yang memberi hak akses terhadap file yang dimilikinya. Pada satu saat A mengakses file share dari B bernama data_nilai.xls dan juga memberi akses file soal_uas.doc kepada C. Saat A mengakses file dari B maka A berfungsi sebagai client dan saat A memberi akses file kepada C maka A berfungsi sebagai server. Kedua fungsi itu dilakukan oleh A secara bersamaan maka jaringan seperti ini dinamakan peer to peer.

Berdasarkan topologi jaringan: Berdasarkan [topologi jaringan], jaringan komputer dapat dibedakan atas: